
Bincang Riset, Mundi: CDA Tidak Cukup Hanya Menganalisa Teks
HUMANIORA – (15/8/2022) Selama ini banyak kesalahpahaman dalam praktik analisis media. Misalnya, banyak pembelajar menganggap analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis/CDA) hanya melakukan analisis pada tataran tekstual. Seakan-akan analisis wacana tidak dapat membaca semua yang di luar teks. Padahal sebenarnya terdapat banyak hal yang mempengaruhi teks.
Hal itu disampaikan oleh Dr. Mundi Rahayu dalam acara Bincang Riset yang diselenggarakan oleh Epistemic Institute pada Minggu, 14 Agustus 2022. Menurut Mundi Rahayu, Critical Discourse Analysis (CDA) tidak cukup dijalankan dengan analisis dimensi tekstual. Keahlian dalam mengungkap apa yang ada di balik teks menjadi hal penting yang harus diperhatikan bagi mereka yang menggunakan CDA sebagai perspektif dalam setiap kajian.
“Maka anda harus juga membicarakan kondisi di luar teks atau wacana,” tegas Pakar Analisis Wacana dari Program Studi Sastra Inggris Fakultas Humaniora ini.
Dr. Mundi menambahkan, wacana menurut Fairclough merupakan cara masyarakat memproduksi, dan menginterpretasi teks dalam interaksi sosial sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang lebih luas, termasuk didalamnya institusi sosial dan masyarakat.
“Makanya Fairclough bilang di balik bahasa terdapat ideologi atau politik,” imbuhnya.
Dalam presentasinya, Mundi memberikan contoh kasus “Citayam Fashion Week”. Fenomena Citayam Fashion Week menarik untuk dikaji menggunakan analis wacana kritis. Kritis dalam artian melihat relasi kekuasaan yang berjalan melalui bahasa, melihat relasi kuasa antar aktor dan arti penting bahasa yang sering digunkan untuk menjalankan power.
CDA juga harus mampu menghubungkan konteks (teks produksi dan teks konsumsi) dan praktik sosiokultutal (yang didalamnya berbicara tentang soal histori dan lainnya). Baik teks, konteks dan praktik sosiokultural yang melatarinya memiliki keterkaitan erat yang tidak dapat dipisahkan, Semua saling bertautan.
Lebih rinci, Mundi Rahayu menegaskan bahwa nilai sebuah kritik dalam CDA secara singkat dapat direpresentasikan melalui power kekuasaan dimana ada kekuasan, ada yang ditindas dan menindas, lalu dialektika, dan historisitas dari pihak-pihak yang berkontestasi. Inilah cara berpikir krtitis dari CDA yang bisa memberikan cara pandang baru dalam membaca suatu fenomena. [fin]