
Didukung US Embassy, Dosen Humaniora Kembangkan Modul Kebinekaan Tingkat SLTA
HUMANIORA (6/9/2022) - Fakultas Humaniora bekerja sama dengan Balai Litbang Agama (BLA) Makassar, Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, Poddium, dan Data Cerdas Indonesia mengembangkan modul kebinekaan untuk peserta didik tingkat SLTA. Kegiatan bertajuk “Deradicalize Our Class” ini merupakan bagian dari realisasi proyek hibah penelitian dan pengabdian masyarakat Alumni Engagement Innovation Fund (AEIF) 2022 yang dudukung penuh oleh Kedutaan Amerika Serikat (U.S. Embassy and Consulates).
Baca juga:
Pengembangan Modul Kebinekaan merupakan salah satu upaya untuk mendukung program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam menguatkan Profil Pelajar Pancasila, khususnya pada dimensi kebinekaan global, serta program Kementerian Agama dalam mengarusutamakan nilai-nilai moderasi di seluruh jenjang pendidikan. Tema-tema yang diusung dalam modul tersebut antara lain: Keragaman Budaya dan Toleransi, Moderasi, dan Antiekstrimisme, Identitas, Demokrasi dan Keadilan, Komunikasi Lintas Budaya, dan Kritik atas Stereotip.
Tim ahli penyusunan modul dari Fakultas Humaniora, Miftahul Huda, M.Pd. mengatakan bahwa penyusunan modul tersebut melibatkan para pengajar SLTA di Sulawesi Selatan melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD), lokakarya (workshop), uji coba, hingga evaluasi dan desiminasi produk.
“Kami menyeleksi enam guru terbaik di Kota Makassar sebagai kontributor dalam pengembangan modul. Mereka kami seleksi berdasarkan pengalaman profesional, kompetensi akademik, dan penguasaan terhadap kearifan lokal Makassar.” Tutur kandidat Doktor Universitas Antwerpen, Belgia ketika ditemui tim Infopub Fakultas Humaniora.
Lebih lanjut Miftahul Huda menjelaskan bahwa modul ini dapat menjadi prototipe bahan ajar yang mengintegrasikan nilai-nilai keindonesiaan dan kearifan lokal dalam konteks kebinekaan nasional dan global.
“Modul ini didesain sedemikan rupa untuk dapat digunakan dengan atau tanpa bantuan guru, oleh siapapun yang berada pada perkembangan kognisi dan psikologis fase E, terutama pelajar SLTA atau bahkan mahasiswa.”, imbuhnya.
Pengembangan modul merupakan hal yang penting untuk dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di semua jenjang pendidikan. Miftahul Huda berharap proses pengembangan modul kolaboratif yang melibatkan tenaga pendidik di sekolah, tim ahli dari perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan instansi terkait lainnya dapat dilakukan secara masif di seluruh Indonesia.
“Untuk meningkatkan mutu pendidikan, baik pada aspek materi pembelajaran maupun penguatan karakter bangsa seperti toleransi dan moderasi, pengembangan modul seperti ini perlu terus dilakukan dan didukung oleh semua pihak.”, pungkasnya. [al]