Pembinaan mental 2

Humaniora Bekali Mahasiswa dengan Moderasi, Dhofir Zuhry : Jangan Hanya meniru Fisik, Namun Juga Kecerdasan Profetik

Humaniora - (24/10/2022) Fakultas Humaniora menggelar kegiatan pembinaan mental spiritual mahasiswa pada Senin, 24 Oktober 2022. Pembinaan mental spiritual mahasiswa merupakan salah satu agenda Fakultas Humaniora dalam menguatkan landasan berfikir dan bersikap bagi mahasiswa, sekaligus memberikan kontrol terhadap arus transformasi yang berkembang begitu pesat.
Ketua pelaksana kegiatan ini, Tamim Mulloh, M.Pd. dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan wujud dari komitmen Fakultas Humaniora untuk menanamkan jiwa moderasi kepada mahasiswa, sekaligus cara pandang yang dewasa dalam beragama.

Baca juga:

Bekali MABA Dengan Moderasi Beragama, Ahans Mahabie: Boleh Modern, Asal Tetap Moderat
Alumni Berkontribusi, Lakukan Penguatan Moderasi
Mahasiswa KKN KNMB Humaniora Bangun Taman Baca Pojok Moderasi di Papua

Pembinaan mental 2

"Ini (kegiatan pembinaan mental) adalah salah satu implementasi program Fakultas Humaniora dalam rangka membekali mahasiswa Humaniora tentang moderasi dan cara pandang yang dewasa dalam praktik beragama.", ujarnya.
Kegiatan yang dilaksanakan secara luring bertempat di Meeting Room Fakultas Humaniora ini menghadirkan dua narasumber, yakni Ach. Dhofir Zuhry dan Suid Hadi.
Ach. Dhofir Zuhry dalam kesempatan tersebut menjelaskan bahwa dalam konteks beragama, banyak umat Islam yang masih sebatas formalitas saja meneladani Nabi Muhammad Saw. Hal ini menurutnya tidaklah salah, namun ia juga menagskan bahwa sunnah Nabi Muhammad tidaklah hanya berupa fisik saja, namun akhlak yang dipraktekkan beliau dalam kehidupan sehari-hari.
"Itba' sunnah Nabi dalam pakaian, jenggot, atribut dan asesoris tidaklah salah. Akan tetapi, mengapa bukan kecerdasan profetik beliau yang kita duplikasi untuk kemudian dijadikan kurikulum dan pedoman hidup?", tuturnya di hadapan para peserta.
Lebih lanjut, Dhofir mengajak seluruh peserta untuk bangga dan cinta terhadap tanah air, sebagai tempat lahir dan lahan mengabdi untuk agama dan negeri. Menurutnya, tanah air Indonesia tidak hanya sebagi tempat tinggal saja, namun juga tempat bersujud, beribadah, serta membangun harapan dan mewujudkannya.
"Kita tak harus hidup di Arab, Eropa, China dan Barat agar kita bangga. Indonesia adalah identitas kita. Rasulullah juga mengajarkan ummatnya untuk mencintai tanah air dan bangsanya, dan menjadikannya sebagai lahan untuk mengabdi untuk kemaslahatan ummat manusia", tegasnya.
Sementara itu, Suid Hadi menambahkan bahwa untuk menjadi moderat bukan berarti menjadi lemah dalam beragama. Namun, mampu memandang perbedaan sebagai sebuah sunnatullah akan mampun menempatkan perbedaan sebagai keniscayaan yang tidak harus disalahkan dan dimusuhi.
"Jangan biarkan Indonesia menjadi bumi yang penuh dengan permusuhan, kebencian, dan pertikaian. Kerukunan baik dalam umat beragama maupun antarumat beragama adalah modal dasar bangsa ini menjadi kondusif dan maju.", pungkasnya.
Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan Dewan Eksekutif mahasiswa (DEMA), Senat mahasiswa (SEMA), Himpunan Mahasiswa Prodi (HMPS) Bahasa dan Sastra Arab serta Sastra Inggris. Peserta nampak begitu khidmat dalam mengikuti jalannya acara ini. [al]

Add a Comment

Your email address will not be published.