Revitalisasi Kurikulum Menuju Postmethod untuk Intelegensi Mahasiswa
Semakin banyaknya metode pembelajaran yang digunakan dalam sebuah kurikulum, ternyata juga berdampak bagi para dosen yang seakan-akan terlalu patuh dengan metode tersebut. Sehingga, muncullah sebuah istilah postmethod sebagai tujuan dari revitalisasi kurikulum yang merupakan pengembangan dari metode-metode terdahulu. Permasalahan inipun langsung ditanggapi Fakultas Humaniora dan Budaya, khususnya jurusan Pendidikan Bahasa Arab dengan mengadakan seminar nasional, yang langsung dipresentasikan oleh pakar pembelajaran bahasa, Dr. Muhammad Muhbib Abdul Wahab, MA kemarin (17/3).
Dalam seminar yang bertemakan “Revitalisasi Kurikulum Pembelajaran Bahasa Menuju Postmethod” ini, dosen UIN Syarif Hidayatull Jakarta ini menjelaskan akan pentingnya postmethod sebagai peran dan koneksi pembelajaran bahasa. Menurut dosen kelahiran Lamongan ini, fungsi postmethod adalah untuk mengkritisi motode-metode dahulu dengan harapan metode yang dulu tidak terkesan menjajah para dosen. ”Penerapan postmethod di sini adalah dengan penelitian tindakan kelas, sebagai bentuk pengembangan ilmu,” papar dosen yang sudah menetap di Depok ini.
Selain membahas tentang postmethod, dosen yang menyelesaikan kuliah doktornya tahun 2008 ini juga menjelaskan tentang revitalisasi kurikulum untuk postmethod, khususnya dalam pembelajaran Bahasa Arab. Menurutnya, revitalisasi (tata ulang) kurikulum bahasa khususnya postmethod, sangatlah penting ditaksanakan, karena selain untuk pembelajaran efektif, pembelajaran bahasa tidak akan sukses tanpa adanya kurikulum yang berfungsi sebagai ruhnya pendidikan. ”Revitalisasi kurikulum bahasa adalah sebagai pelengkap untuk pengembangan kretifitas dan intelegensi mahasiswa,” tambah dosen kelahiran 23 Oktober 1968.
Sebagai pembanding dalam acara yang dihadiri sebagian besar mahaisiswa PBA dan BSA ini, seminar tersebut juga mendatangkan Dr. H, M. Abd. Hamid, MA, seorang pakar desain pembelajaran bahasa yang membahas tentang akan pentingnya postmethod bagi setiap dosen, khususnya bahasa Arab sebagai cara dalam menyampaikan materi pembelajaran. ”Penggunaan postmethod bukan berarti harus meninggalkan metode-metode terdahulu,” terang dosen yang juga mengajar di Hudaya ini.
Salah satu cara yang disarankan oleh dosen kelahiran tahun 1973 ini adalah dengan cara meracik metode terdahulu bersamaan dengan metode yang dimiliki oleh dosen itu sendiri. Sehingga, seorang dosen harus bisa berbahasa Arab dengan tujuan metode pembelajaran yang dilaksanakan akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan. ”Penggunaan metode pembelajaran itu lebih penting daripada materi yang diberikan,” tambah dosen lulusan UIN Syarif Hidayatullah.
Setelah mengikuti seminar yang bertempat di Aula lantai tiga ini, diharapkan para dosen yang juga hadir bisa menerapkan metode-metode yang bisa mengembangkan kreatifitas mahasiswa, khususnya dengan menggunakan postmethod, yaitu dengan bentuk revitalisasi kurikulum pembelajaran bahasa, khususnya Bahasa Arab. ”Revitalisasi Kurikulum menuju postmethod adalah untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam skill kebahasaan,” jelas Drs. KH. Chamzawi, M. HI ketika membuka acara. (rif)